MResky S 06/07/2020. Hadits Shahih Al-Bukhari No. 80-81 - Kitab Ilmu ini, menjelaskan tentang mimpi Rasulullah saw didalam mimpi tersebut beliau sedang meminum susu dan memberikan sisa susunya kepada Umar bin khattab. Hadis berikutnya menjelaskan tentang pertanyaan-pertanyaan jemaah haji kepada Rasulullah saw pada haji wada.
Dalamilmu hadits, hadits-hadits yang dituturkan Nabi dan disandarkan pada Allah ini disebut hadits Qudsi. Tujuan mengenal perbedaan ini, supaya kita tidak dibingungkan dengan pertanyaan-pertanyaan kritis tentang Al-Qur'an. Selain itu, untuk menempatkan sumber-sumber hukum agama Islam dan pedoman iman kita secara benar dan proporsional
Pertama para perawi hadits (Ruwatul Hadits) : Al Humaidy Abdullah bin Az Zubair, Sufyan, Yahya bin Sa'id Al Anshary, Muhammad bin Ibrahim At Taimy, Alqamah bin Waqqash Al laitsy, Umar bin Al Khattab. Kedua, sahabat periwayat hadits (Shahabiyyul Hadits) : Umar bin Al Khattab radhiyallahu 'anhu. Ketiga, yang meriwayatkan hadits (Mushanniful
Tanya. PISS-KTB; Konsultasi Fiqih; Melalui SMS; Live . PP. Sunni Salafiyah Pasuruan; Suara Nabawi Hadits Tentang "Wewe Gombel" Al Hadis 134 Al-Hadits 156 Al-Qur'an 7 Ilmu Balaghoh 43 Ilmu Nahwu 21 Ilmu Tajwid 121 Kajian Tafsir 666 Aqidah - Akhlak 38 Akhlaq 513
1 Pengertian ilmu gharib al-Hadits. Ibnu Shalah menta'rifkan Ilmu Gharibil-Hadits, ialah Ilmu pengetahuan untuk mengetahui lafadh-lafadh dalam matan Hadits yang sulit lagi sukar difahamkan, karena jarang sekali digunakannya. Dengan memperhatikan ta'rif tersebut, hanyalah kiranya bahwa yang menjadi obyek ilmu Gharibil-Hadits ialah kata-kata
Vay Tiền Trả Góp Theo Tháng Chỉ Cần Cmnd.
Pertanyaan Saya ingin belajar ilmu yang membahas tentang bagaimana mentashih hadits yang mulia, bagaimana kesempurnaan riwayatnya, menjelaskan maknanya, dan lain sebagainya. Apa nasehat anda ? dan apa saja jurusan-jurusan ilmu hadits dan jazakumullah khairan ? Teks Jawaban Allah –Ta’ala- berfirman وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ فَإِنْ تَوَلَّيْتُمْ فَإِنَّمَا عَلَى رَسُولِنَا الْبَلَاغُ الْمُبِينُ التغابن/1 2. “Dan ta`atlah kepada Allah dan ta`atlah kepada Rasul, jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban Rasul Kami hanyalah menyampaikan amanat Allah dengan terang”. QS. At Taghabun 21 Sebagaimana diketahui bahwa taat kepada Nabi –shallallahu alaihi wa salla- setelah beliau wafat adalah dengan menjalankan perintah-perintahnya dan menjauhi larangan-larangannya yang tertera di dalam sunnah Nabi yang shahih. Para ulama kaum muslimin telah memperhatikan kebenaran hadit-hadits Nabi –shallallahu alaihi wa sallam-, membedakan mana yang shahih dan mana yang dha’if, mana yang diterima dan mana yang ditolak, mereka juga mempelajari redaksi haditsnya dan makna yang sesuai dengan yang dimaksud oleh Nabi –shallallahu alaihi wa sallam-. Dan karena itulah maka muncul cabang ilmu hadits yang termasuk ilmu kebanggaan umat Islam; karena umat sebelumnya tidak mengenal untuk menghafal semua apa yang dibawa oleh Nabi mereka dengan meriwayatkannya, memastikan kebenarannya dan memahaminya seperti yang ada pada ummat ini. Dan karenanya kami menjawab pertanyaan saudaraku yang mulia dengan beberapa hal Pertama Hadits adalah semua apa yang disandarkan kepada Nabi –shallallahu alaihi wa sallam- dari ucapan beliau, perbuatan, persetujuan, sifat fisik atau sifat akhlaknya. Al Hafidz As Sakhawi dalam Fathul Ghaits 1/10 berkata “Hadits baru secara bahasa adalah lawan kata dari qadim lama, secara istilah adalah semua apa yang disandarkan kepada Nabi –shallallahu alaihi wa sallam- baik dari ucapan, perbuatan, persetujuan atau sifat beliau termasuk gerakan dan diamnya beliau dalam kondisi terjaga maupun tidurnya”. Jadi, maksud dari hadits adalah semua yang dinukil/diriwayatkan oleh para sahabat dari Nabi –shallallahu alaihi wa sallam-, baik dari perkataan beliau, perbuatan, sifat fisik atau sifat akhlak beliau –shallallahu alaihi wa sallam- atau persetujuan beliau untuk ucapan, perbuatan atau yang lainnya –alaihis shalatu was salam-. Kedua Para ulama Islam telah menulis ilmu yang agung, yaitu; ilmu hadits. Tujuan ilmu ini adalah membahas semua hal yang berkaitan dengan hadits Nabi, baik dari sisi periwayatannya dan sejauh mana kebenarannya, atau dari sisi redaksi periwayatannya dan semua yang berkaitan dengan hal itu, baik dari sisi ketepatan hafalan, makna, pemahaman, dan kesimpulannya. Oleh sebab itu ilmu hadits dibagi menjadi dua bagian Ilmu hadits dari sisi periwayatannya riwayah Ilmu hadits dari sisi pemahamannya dirayah Adapun ilmu hadits riwayah adalah yang dikenal dengan Ushul Hadits, yaitu; sebuah ilmu yang berkaitan dengan kebenaran redaksi hadits, kondisi para rawi dan semua yang berkaitan dengan hal itu. Sedangkan ilmu hadits dirayah adalah yang membahas tentang makna redaksi hadits, dan semua hukum dan manfaat/hikmah yang bisa disimpulkan dari hadits tersebut. Haji Khalifah dalam Kasyfuzh Zhunun 1/635 “Ilmu bi riwayatil hadits adalah ilmu yang membahas tentang bagaimana bersambungnya hadits-hadits yang ada dengan Rasulullah –shallallahu alaihi wa sallam-, dari sisi kondisi para perawinya, sisi hafalan dan keadilannya bisa dipercaya, dan dari sisi bagaimana sanadnya, bersambung atau terputus dan lain sebagainya”. Hal ini lebih dikenal dengan Ushul Hadits sebagaimana yang sudah dijelaskan. Adapun ilmu tentang Dirayatil Hadits adalah ilmu yang membahas tentang makna kontekstual dari redaksi hadits dan tentang maksud yang terkandung di dalamnya disesuaikan dengan kaidah bahasa Arab dan rambu-rambu syari’at dan disesuaikan dengan kondisi Nabi –shallallahu alaihi wa sallam-“. Kemudian dari kedua cabang ilmu hadits di atas dibagi lagi menjadi beberapa bagian dan pembahasan, sampai mereka tidak meninggalkan semua kata yang berserak dan yang masuk, khususnya yang berkaitan dengan ketetapan dan makna redaksi hadits, kecuali mereka telah membahasnya secara terperinci per bab. Sampai-sampai Abu Amr bin Sholah menyusun kitab yang terkenal “Ulumul Hadits”, beliau memasukkan di dalamnya 70 ilmu dari ilmu hadits. Ketiga Jika kamu –wahai saudaraku yang mulia- ingin belajar dan mengetahui semua yang berkaitan dengan hadits Nabi yang mulia, maka harus menempuh dua cara Cara pertama Yang berkaitan dengan ilmu hadits secara riwayat, yaitu; yang berkaitan dari sisi ketetapan periwayatannya, shahih dan dha’ifnya, maka harus mempelajari tiga ilmu Ilmu Musthalah Hadits, Ilmu Jarh wa Ta’dil dan Ilmu Ilal Al Hadits. Masing-masing ilmu tersebut mempunyai tangga untuk mempelajarinya dan metodologi untuk bisa sampai kepada yang dimaksud. Kamu bisa merujuk kepada kitab “Hilyah Thalib Ilmi” karya Syeikh Bakr bin Abdullah Abu Zaid –rahimahullah- dan syarahnya karya Syeikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin –rahimahullah-. Dan hal ini harus melalui tangan orang alim yang mumpuni atau pembelajar yang berkapasitas; disertai dengan praktek lapangan dari kaidah hadits yang telah dipelajarinya, lalu koreksikan kepada seorang ulama atau syeikh yang menjadi rujukan ilmu tersebut. Imam Asy Syatibi berkata di dalam Al Muwafaqaat 1/147 berkata “Menelaah kitab-kitab para penulis dan para penyusun, maka hal itu juga akan bermanfaat pada jalurnya dengan dua syarat Pertama Dia hendaknya memahami maksud dari ilmu yang dipelajari dan mengetahui istilah-istilah yang terkandung di dalamnya yang bisa disempurnakan dengan melihat buku, cara pertama dengan langsung bertemu para ulama atau apa saja yang bisa dikembalikan kepadanya, inilah makna dari ucapan seseorang yang berkata “Bahwa ilmu itu ada di dalam dada manusia, kemudian berpindah ke buku-buku, dan kunci-kuncinya ada di hadapan manusia tersebut”. Buku-buku saja tidak akan mendatangkan manfaat apapun bagi seorang pembelajar tanpa adanya para ulama, hal ini sudah menjadi saksi sejarah dan lumrah. Syarat Kedua Hendaknya mencari kitab-kitab terdahulu dari para ahli ilmu yang dimaksud; karena mereka lebih tau duduk masalahnya dari pada yang lainnya dari para ulama yang belakangan. Semua ini jika kamu ingin meniti jalannya para penuntut ilmu dan ingin meneliti ilmu ini. Adapun jika anda tidak ingin menjadi spesialis di dalamnya, dan obsesimu tidak untuk fokus mencarinya; karena anda sudah sibuk dengan cabang ilmu lainnya atau karena profesimu, atau karena tidak ada waktu untuk mempelajarinya, akan tetapi anda hanya ingin mengetahui pemikiran umumnya untuk menambah wawasan, maka anda hanya cukup dengan kitab-kitab ringkasan yang mudah dalam masalah ini, seperyi; Taisir Musthalah Hadits, karya Syeikh Mahmud AT Thahhan, atau dengan Al Mazhumah Al Baiquniyyah disertai dengan syarahnya. Hal ini juga termasuk yang mendatangkan manfaat, tidak apa-apa, dan setiap orang akan dimudahkan sesuai dengan ciptaannya. Cara kedua Yaitu dengan mempelajari limu hadits dirayah, yang membahas berkaitan dengan makna hadits, pemahaman yang terkandung di dalamnya, dan hukum-hukum dan hikmah yang bisa disimpulkan. Inilah yang menjadi tujuan dari ilmu pertama. Ilmu yang pertama menjadi sarana untuk itu, setelah dipastikan bahwa riwayat tersebut sudah sehat, maka gilirannya untuk mengetahui maksudnya. Di dalam hadits yang riwayatkan oleh Abu Daud dan Sunannya 3660 dari Zaid bin Tsabit berkata “Rasulullah –shallallahu alaihi wa sallam- نَضَّرَ الله امرَأً سَمِعَ منَّا حديثاً فحفِظَه حتىِ يُبَلَّغَهُ، فَرُبَّ حامِلِ فقهٍ إلى مَن هو أفقَهُ منه، ورُبَّ حاملِ فقهٍ ليس بفقيهٍ والحديث صححه الشيخ الألباني في "صحيح الترغيب والترهيب" 90 “Allah akan memberikan kebahagiaan kepada seseorang yang telah mendengarkan hadits kami, lalu ia menghafalnya hingga menyampaikannya. Berapa banyak para pembawa fikih ada yang lebih faham lagi darinya, dan berapa banyak juga pembawa fikih namun ia tidak fakih”. Hadits ini telah dishahihkan oleh Syeikh Albani dalam Shahih Targhib wa Tarhib 90 Tidak mungkin memahami ucapan Nabi –shallallahu alaihi wa sallam- dengan pemahaman yang benar kecuali dengan mempelajari dua ilmu yang pokok Ilmu bahasa dan ilmu ushul fikih. Ini juga membutuhkan metodologi yang benar untuk mempelajarinya, dengan mengambil dari para ulama yang mumpuni. Di antara cara untuk memudahkan jalan untuk mempelajarinya, maka anda harus masuk dan belajar di mahad atau akademi yang mumpuni untuk mempelajari ilmu syar’i, anda juga bisa mendaftar di akademi “Zaad” di sana ada banyak kebaikan in sya Allah. Kami katakan di sini sebagaimana yang telah kami katakan sebelumnya, jika tidak ada kesempatan bagi anda untuk mempelajarinya secara luas, berpindah dari satu tingkat ke tingkat lainnya, maka cukup bagi anda untuk memulainya dengan yang penting dan yang pokok; dengan menghafal kitab Arba’in Nawawiyyah disertai dengan syarahnya yang banyak sekali, seperti; Syarh Syeikh Sholeh Alu Syeikh –hafizhahullah- atau Syarah Syeikh Utsaimin –rahimahullah-. Lalu berikutnya dengan mempelajari Syarah Riyadhus Shalihin karya Syeikh Ibnu Utsaimin –rahimahullah- Kemudian Jami’ Ulum wal Hikam karya Al Hafidz Ibnu Rajab Al Hambali. Semoga Allah memberikan anda dan kaum muslimin semuanya ilmu yang bermanfaat dan amal shalih, Amiin.
عن أبي هريرة رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال مَنْ سُئِلَ عن عِلْمٍ فَكَتَمَهُ، أُلْجِمَ يوم القيامةِ بِلِجَامٍ مِنْ نارٍ». [صحيح] - [رواه أبو داود والترمذي وابن ماجه وأحمد] المزيــد ... Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa ditanya tentang suatu ilmu kemudian ia menyembunyikannya, maka pada hari kiamat ia akan dipasangkan kendali dari neraka." Hadis sahih - Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah Uraian Hadis ini mengandung peringatan keras tentang menyembunyikan ilmu dan bahwasanya orang yang ditanya tentang suatu ilmu yang dibutuhkan oleh penanya dalam urusan agamanya sedangkan yang ditanya harus menjawabnya; lalu dia tidak menerangkan ilmu tersebut dengan tidak memberi jawaban atau dengan melarang pemberian buku, maka Allah -Ta'ālā- menghukumnya pada hari kiamat dengan cara memasukkan tali kendali dari neraka di mulutnya sebagai balasan baginya karena dia mengekang dirinya untuk diam, dan tentunya balasan ini sesuai jenis amal yang dilakukan. Ancaman keras dalam hadis ini ditimpakan kepada orang yang mengetahui bahwa penanya bertanya untuk meminta bimbingan. Adapun jika diketahui bahwa penanya bertanya untuk menguji dan bukan bertujuan untuk meminta bimbingan lalu mengetahuinya dan mengamalkannya; maka orang yang ditanya memiliki dua pilihan antara menjawab dan tidak, sedang dia tidak ditimpakan ancaman yang disebutkan dalam hadis ini. Terjemahan Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia China Persia Indian Sinhala Kurdi Hausa Portugis Tampilkan Terjemahan
Di Indonesia, sempat terdapat kebijakan Wajib Belajar 9 tahun untuk seluruh warganya. Bahkan, kini berlanjut hingga 12 tahun. Walaupun begitu, sebenarnya kegiatan menuntut ilmu gak hanya diterapkan di ruang kelas Islam, terdapat beberapa anjuran untuk menuntut ilmu. Hal ini dipaparkan dalam beberapa riwayat hadist. Ingin tahu apa saja? Simak artikel mengenai hadist tentang menuntut ilmu bagi muslim berikut Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap max-fischerDalam hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, disebutkan bahwa kegiatan menuntut ilmu itu bersifat wajib bagi muslim. Kewajiban ini gak memandang gender atau status sosial seseorang. Hadist ini berbunyi sebagai berikut طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ Artinya “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim.” HR. Ibnu Majah no. 224 2. Rasa hormat kepada sesama menjadi salah satu bentuk pendidikan rethafergusonSelanjutnya, ada juga hadist yang menyebutkan tentang pentingnya pendidikan karakter. Salah satu bentuknya adalah dengan menghormati guru yang telah berbagi ilmu dan wawasan kepada kita. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda تَعَلَّمُوْاوَعَلِّمُوْاوَتَوَاضَعُوْالِمُعَلِّمِيْكُمْ وَلَيَلَوْا لِمُعَلِّمِيْكُمْ رَواهُ الطَّبْرَانِيْ Artinya "Belajarlah kamu semua, dan mengajarlah kamu semua, dan hormatilah guru-gurumu, serta berlaku baiklah terhadap orang yang mengajarkanmu." HR Tabrani 3. Menuntut ilmu jadi salah satu bentuk pahala dan minan1398Salah satu keutamaan menuntut ilmu adalah membuat kita lebih takwa kepada Allah SWT. Hal ini tertulis dalam hadist yang ditulis sebagai berikut مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًايَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا,سَهَّلَ اللهُ لَهُ طَرِيْقًا إِلَى الجَنَّةِ . رَوَاهُ مُسْلِم Artinya "Barang siapa menempuh satu jalan cara untuk mendapatkan ilmu, maka Allah pasti mudahkan baginya jalan menuju surga." HR. Muslim Baca Juga 5 Hadis Nabi Muhammad Ini Jadi Pegangan dan Motivasi Jalani Hidup 4. Bahkan, perjalanan menuntut ilmu pun dilingkupi oleh giftpundits-com-551816Dalam hadist sebelumnya, disebutkan bahwa menuntut ilmu itu merupakan hal yang istimewa karena bisa mendekatkan kita pada Allah SWT. Ternyata, ada juga hadist yang meriwayatkan bahwa perjalanan menuntut ilmu itu pun dipenuhi oleh keberkahan. Hadis ini diriwayatkan oleh Turmudzi dan berbunyi sebagai berikut مَنْ خَرَجَ فِى طَلَبُ الْعِلْمِ فَهُوَ فِى سَبِيْلِ اللهِ حَتَّى يَرْجِعَ Artinya "Barang siapa yang keluar untuk mencari ilmu, maka ia berada di jalan Allah hingga ia pulang." 5. Menjadi orang yang berilmu, juga perlu diimbangi oleh sifat rendah pixabayKetika menuntut ilmu, kamu juga perlu memupuk rasa rendah hati dalam diri. Sebab, kamu dapat menjadi orang yang congkak kalau selalu merasa lebih baik dari orang lain. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh At-Tabrani, hal ini dibahas sebagai berikut تَعَلّمُواالعِلْمَ وَتَعَلّمُوْا لِلْعِلْمِ السّكِيْنَةَ وَالْوَقَا رَ وَتَوَاضَعُوْا لِمَنْ تَتَعَلّمُوانَ مِنْهُ Artinya "Belajarlah kalian ilmu untuk ketentraman dan ketenangan serta rendah hatilah pada orang yang kamu belajar darinya". 6. Ilmu menjadi salah satu amalan yang pixabayKeistimewaan ilmu dan wawasan ini berlangsung sampai akhir hidup seseorang. Rasulullah SAW pernah bersabda إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ Artinya "Jika seorang manusia mati, maka terputuslah darinya semua amalnya kecuali dari tiga hal; dari sedekah jariyah atau ilmu yang diambil manfaatnya atau anak saleh yang mendoakannya." HR. Muslim no. 1631 7. Ilmu merupakan warisan yang sangat akelaphotographyWarisan yang paling berharga yang ada di bumi ini, bukanlah harta atau kekayaan semata, melainkan ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas. Sebagaimana yang pernah diriwayatkan dalam hadist berikut وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الأَنْبِيَاءِ وَإِنَّ الأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلاَ دِرْهَمًا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ Artinya “Keutamaan orang berilmu di atas ahli ibadah bagaikan keutamaan bulan purnama atas seluruh bintang-bintang. Sesungguhnya ulama itu adalah pewaris para nabi. Para Nabi tidaklah mewariskan dirham dan dinar, akan tetapi mereka mewarisi ilmu. Maka barang siapa yang mengambilnya, sungguh dia telah mengambil keberuntungan yang besar” HR. Abu Dawud. Dinilai sahih oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Abu Dawud no. 3641 Itu dia 7 macam hadist menuntut ilmu yang perlu kamu ketahui. Hayo, semangat ya belajarnya! Baca Juga Yuk Baca dan Terapkan! 10 Kutipan Hadis yang Bisa Jadi Pedoman Hidup
Oleh KH Hasan Basri Tanjung Hidup adalah pada dasarnya menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar. Proses pertanyaan itu adalah proses hingga ajal menjemput Setidaknya ada lima makna pertanyaan. Pertama, ingin tahu. Bertanya, karena ingin tahu sesuatu atau fenomena adalah awal mula ilmu pengetahuan. Orang yang bertanya bukan bodoh, melainkan orang yang tahu kalau dia tidak tahu rajulun yadri annahu laa yadri. Ada ungkapan, assuaalu nishful jawabun pertanyaan separuh dari jawaban. Alquran mendorong untuk bertanya jika tidak tahu فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ “Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” QS An-Nahl [16]43. Tetapi jangan banyak bertanya yang justru buat susah sendiri يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَسْأَلُوا عَنْ أَشْيَاءَ إِنْ تُبْدَ لَكُمْ تَسُؤْكُمْ وَإِنْ تَسْأَلُوا عَنْهَا حِينَ يُنَزَّلُ الْقُرْآنُ تُبْدَ لَكُمْ عَفَا اللَّهُ عَنْهَا ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ حَلِيمٌ “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan kepada Nabimu hal-hal yang jika diterangkan kepadamu akan menyusahkan kamu dan jika kamu menanyakan di waktu Alquran itu diturunkan, niscaya akan diterangkan kepadamu, Allah memaafkan kamu tentang hal-hal itu. Allah Mahapengampun lagi Mahapenyantun. QS Al-Maidah [5]101. Kedua, perhatian. Orang tua atau guru mesti memberikan perhatian kepada anak atau murid dengan menanyakan sesuatu. Karena, pada dasarnya anak-anak ingin diperhatikan. Dalam Alquran banyak pertanyaan sebagai bentuk perhatian atau pendidikan. Seperti pertanyaan Nabi Yaqub AS kepada anak-anaknya tentang apa yang akan disembah mereka sewaktu ajal Sang Ayah dekat أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَٰهَكَ وَإِلَٰهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَٰهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ “Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan tanda-tanda maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, yaitu Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya." QS Al-Baqarah [2] 133 Ketiga, menasihati. Ada pertanyaan yang bermakana nasihat petuah agar lebih menghunjam ke relung lubuk hati. Begitulah orang tua dan para guru-guru kita dahulu menasihati. Nabi SAW juga bertanya kepada sahabatnya untuk menasihati mereka sesuatu yang penting. Misalnya, Nabi SAW bertanya tentang siapakah orang yang bangkrut itu عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ، فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ - رواه مسلم Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, 'Tahukah kalian siapakah orang yang muflis bangkrut itu? Para sahabat menjawab, 'Orang yang muflis bangkrut diantara kami adalah orang yang tidak punya dirham dan tidak punya harta.' Rasulullah SAW bersabda, 'Orang yang muflis bankrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan pahala melaksanakan shalat, menjalankan puasa dan menunaikan zakat, namun ia juga datang membawa dosa dengan mencela si ini, menuduh si ini, memakan harta ini dan menumpahkan darah si ini serta memukul si ini. Maka akan diberinya orang-orang tersebut dari kebaikan-kebaikannya. Dan jika kebaikannya telah habis sebelum ia menunaikan kewajibannya, diambillah keburukan dosa-dosa mereka, lalu dicampakkan padanya dan ia dilemparkan ke dalam neraka. HR Bukhari Muslim. Keempat, pertanggungjawaban al-mas'uliyah. Pertanyaan untuk meminta pertanggungjawaban pasti dialami setiap orang. Anak ditanya oleh orang tua, murid ditanya guru, mahasiswa ditanya dosen, begitu pun sebaliknya. Tidak suatu amal pun yang akan luput dari pertanyaan تِلْكَ أُمَّةٌ قَدْ خَلَتْ ۖ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَلَكُمْ مَا كَسَبْتُمْ ۖ وَلَا تُسْأَلُونَ عَمَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ “Itu adalah umat yang lalu; baginya apa yang telah diusahakannya dan bagimu apa yang sudah kamu usahakan, dan kamu tidak akan diminta pertanggungan jawab tentang apa yang telah mereka kerjakan.” QS Al-Baqarah [2]134. Pesan Nabi SAW وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ "Setiap orang akan diminta pertanggungjawaban kepemimpinannya." HR Bukhari. Pada hari kiamat kelak, manusia akan ditanya tentang perbuatannya di dunia. Jika lulus, akan dimasukkan ke dalam surga dan jika tidak bisa jawab, akan dijerumuskan ke neraka sesuai predikat penilaiannya. Kelima, keangkuhan. Ada pula pertanyaan karena keangkuhan. Bertanya hanya untuk menunjukkan ke-aku-an dan meremehkan orang lain. Seperti Firaun kepada Nabi Musa AS قَالَ فِرْعَوْنُ وَمَا رَبُّ الْعَالَمِينَ “Fir'aun bertanya "Siapa Tuhan semesta alam itu?" QS As-Syu’ara [26] 23 Atau Raja Namrudz kepada Nabi Ibrahim AS أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِي حَاجَّ إِبْرَاهِيمَ فِي رَبِّهِ أَنْ آتَاهُ اللَّهُ الْمُلْكَ إِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّيَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ قَالَ أَنَا أُحْيِي وَأُمِيتُ ۖ قَالَ إِبْرَاهِيمُ فَإِنَّ اللَّهَ يَأْتِي بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِي كَفَرَ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ “Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya Allah karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan kekuasaan. Ketika Ibrahim mengatakan "Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan," orang itu berkata "Saya dapat menghidupkan dan mematikan". Ibrahim berkata "Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat," lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. QS Al-Baqarah [2]258 Kehidupan ini sejatinya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam keseharian. Untuk itu, diperlukan persiapan bekal yang cukup, yakni keyakinan tauhid, iman, ilmu pengetahuan, kearifan hikmah, intuisi, dan pengalaman. Perlu diingat, bagi orang yang menjadi tempat bertanya, kelak akan ditanya jawaban yang diberikannya. Orang yang bertugas bertanya pun, akan ditanya soal pertanyaannya. sumber Harian RepublikaBACA JUGA Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Klik di Sini
pertanyaan tentang ilmu hadits