Didalam Alquran terdapat penyebutan lafaz salat dan zakat secara bergandengan. Menurut Fu'ad Abdul Baqi dalam Mu'jam Al Mufahras li Alfazh Alquran, lafaz salat tidak pernah mendahului lafaz zakat. Setidaknya ada 26 tempat yang menyebutkan lafaz salat dan zakat secara bergandengan ( Misteri Angka Dibalik Alquran /hal. 216).
Sedangkanzakat, adalah bentuk ibadah yang berupa pengamalan harta untuk diberikan kepada yang berhak sesuai 8 golongan penerima zakat. Ibadah ini disebut dengan Habluminannas. Dalam Islam, memang Allah SWT selalu memerintahkan manusia untuk mengamalkan ibadah yang bukan saja berdampak kepada diri sendiri melainkan selalu ada dampak sosialnya. Ketaatan manusia kepada Allah SWT tidak saja diukur dengan shalat dan doanya, tapi juga bagaimana akhlak dan amalannya dalam kehidupan bersosial.
Menurutensiklopedia, perintah zakat biasanya bersamaan dengan perintah? c.solat. Lihat juga kunci jawaban pertanyaan berikut: yang berhak menerima zakat disebut? Zakat diwajibkan pada tahun ke-hijriah? Jumlah harta yang wajib dikeluarkan untuk zakat fitrah sebanyakkg? jumlah harta yang wajib dikeluarkan untuk zakat fitrah sebanyak kg
Sehinggazakat menjadi apa yang sering disebut sebagai ibadah mahdla kaum muslimin. Perintah zakat dalam Islam merupakan kewajiban individu setiap muslim sepanjang masa dimanapun mereka tinggal, betapapun mereka tinggal di negara yang kaya ataupun negara yang miskin.
Zakatfitrah adalah zakat yang dikeluarkan untuk menyucikan diri sendiri atau menyucikan jiwa. Zakat ini dikeluarkan pada saat bulan Ramadhan tepatnya sebelum hari raya Idul Fitri. Siapapun umat islam harus mengeluarkan zakat fitrah sebanyak yang telah ditentukan yakni 2,5 kilogram makanan pokok. Zakat Maal
Dịch Vụ Hỗ Trợ Vay Tiền Nhanh 1s. Perintah shalat dan zakat adalah perintah yang sering kali disebut dan berulang-ulang dibahas dalam Al-Quran. Secara umum, shalat adalah ibadah yang langsung hubungannya langsung antara hamba dengan Allah SWT. Ibadah ini disebut juga dengan Habluminaullah. Sedangkan zakat, adalah bentuk ibadah yang berupa pengamalan harta untuk diberikan kepada yang berhak sesuai 8 golongan penerima zakat. Ibadah ini disebut dengan Habluminannas. Dalam Islam, memang Allah SWT selalu memerintahkan manusia untuk mengamalkan ibadah yang bukan saja berdampak kepada diri sendiri melainkan selalu ada dampak sosialnya. Ketaatan manusia kepada Allah SWT tidak saja diukur dengan shalat dan doanya, tapi juga bagaimana akhlak dan amalannya dalam kehidupan bersosial. Terlebih, manusia diciptakan di muka bumi sebagai Khalifah fil Ard. Allah SWT sebagai Zat Yang Maha segala-galanya, tidak membutuhkan apapun dari yang kita lakukan. Manusia lah justru yang sangat membutuhkan aturan dan hukum-hukum dari Allah. Allah tidak pernah merugi sedikitpun andai kata manusia tidak mengerjakan segala perintah dan larangannya, tapi manusia rugi jika melalaikannya. Termasuk jika tidak mengerjakan shalat dan zakat. Beberapa Ayat Mengenai Shalat dan Zakat Di dalam Al-Quran, perintah shalat sering kali disandingkan dengan perintah zakat. Ada xxx kali penyebutan kata zakat di dalam Al-Quran dan 27 kalinya disandingkan dengan kata shalat. Banyaknya pengulangan ini menunjukkan bahwa shalat dan zakat memiliki kedudukan yang sangat penting dalam bangunan Islam. Untuk memperjelas tentang perintah zakat dan shalat yang ada di dalam Al-Quran, berikut adalah beberapa ayat-ayat mengenai hal tersebut. QS. Al-Baqarah 42-43 “Dan janganlah kamu mencampuradukkan kebenaran dengan kebatilan dan janganlah kamu menyembunyikan kebenaran, sedangkan kamu mengetahuinya. Dan tegakkanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk”. Perintah shalat dan zakat ditunjukkan sebagai bentuk mansuia yang mengerti akan kebenaran dan kebatilan. Mereka yang memahami kebenaran Islam, tentu tidak akan menolak untuk mengerjakan shalat dan zakat. QS. Al-Baqarah 110 “Dan tegakkanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan segala kebaikan yang kamu kerjakan untuk dirimu, kamu akan mendapatkannya pahala di sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat terhadap apa yang kamu kerjakan”. Kebaikan dari shalat dan zakat adalah kebutuhan manusia bukan kebutuhan dari Allah SWT. Allah tidak akan rugi jika kita tidak mengerjakannya, justru manusia yang merugi saat meninggalkannya. Jadi, tidak ada alasan kita untuk meninggalkan perintah shalat dan zakat. QS. Al-Bayyinah 5 “Padahal mereka hanya diperintah untuk menyembah Allah dengan ikhlas menjalankan ketaatan kepada-Nya dalam beragama, dan juga agar menegakkan shalat dan menunaikan zakat. Dan yang demikian itulah agama yang lurus benar”. Orang yang taat kepada Allah dan Rasulullah SAW, akan mengerjakan shalat dan zakat. Bukan memilih salah satu saja atau melakukan salah satu yang mereka sukai saja. Atau mungkin tidak mengerjakan keduanya. Orang beriman akan melaksanakan keduanya dengan sungguh-sungguh. QS. Al-Mujadalah 13 “Apakah kamu takut akan menjadi miskin karena kamu memberikan sedekah sebelum melakukan pembicaraan dengan Rasul? Tetapi jika kamu tidak melakukannya dan Allah telah memberi ampunan kepadamu, maka tegakkanlah shalat, tunaikanlah zakat serta taatilah Allah dan Rasul-Nya. Dan Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan”. Keseluruhan ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa pentingnya kita untuk mendirikan shalat dan zakat, bukan hanya salah satunya saja. Ini juga mengingatkan kita pada sejarah, bahwa pada masa kekhalifahan sahabat ada orang-orang yang enggan membayar zakat setelah Rasulullah SAW meninggal. Namun Umar bin Khattab begitu keras terhadap orang-orang yang seperti itu, bahkan ia pun juga sempat memerintahkan untuk memenggal kepala orang yang tidak mau membayar zakat. Orang-orang tersebut dianggap sebagai orang yang munafik dan hanya mengikuti apa yang sesuai keinginannya saja. Zakat di masa kekhalifahan Umar bin Abdul Azzis juga menjadi bukti bahwa aturan zakat merupakan sebuah berkah. Dengan zakat, ia mampu menghapus kemiskinan, memberikan kesejahteraan, dan juga kemakmuran bagi negerinya. Hal yang mungkin jarang terlihat di masa modernistic ini. Untuk itu, wajar jika zakat dan shalat menjadi salah satu pilar Islam Rukun Islam. Zakat dari harta kita bukan saja menyelamatkan kehidupan orang lain, tapi juga menyelamatkan hidup kita dari sikap keserakahan, berlebih-lebihan, dan bermewah-mewahan. Kemiskinan yang terjadi di masyarakat sebenarnya bukan saja berefek terhadap satu keluarga, melainkan pada masyarakat secara umum. Kemiskinan erat kaitannya dengan ketimpangan sosial, kecemburuan sosial, kejahatan, dsb. Tentu kita tidak ingin hidup dalam masyarakat yang mengancam kita sendiri bukan? Zakatlah menyelamatkan kemiskinan tersebut dan shalat lah sebagai penguat kita akan pentingnya hidup bertawaqal pada Allah SWT. Itulah mengapa di dalam Al-Quran shalat dan zakat selalu beriringan. Untuk itu sahabat, jangan sampai kita tinggalkan shalat dan zakat, karena ini termasuk dalam pilar inti Islam yang harus kita lakukan sampai akhir hayat nanti.
Telah dimaklumi bersama bahwa zakat merupakan salah satu dari rukun Islam sebagaimana yang ditegaskan oleh baginda Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam dalam sebuah haditsبُنِيَ الإِسْلامُ على خَمْسٍ شَهادَةِ أَنْ لَا إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وأنَّ مُحَمَّداً رَسُولُ اللهِ، وَإقَامِ الصَّلاةِ، وَإيْتَاءِ الزَّكاةِ، وَالحَجِّ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ متفق عليه“Islam dibangun di atas lima hal kesaksian sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad utusan Allah, melaksanakan shalat, membayar zakat, haji, dan puasa Ramadhan.” HR Bukhari MuslimDi samping itu, zakat termasuk salah satu dari ajaran Islam yang malûm minad dîn bidl dlarûri ajaran agama yang secara pasti telah diketahui secara umum. Oleh sebab itu, jika kewajibannya diingkari, maka menyebabkan orang yang ingkar menjadi kufur. Syekh Muhyiddin an-Nawawi berkataوجوب الزكاة معلوم من دين الله تعالى ضرورة فمن جحد وجوبها فقد كذب الله وكذب رسوله صلى الله عليه وسلم فحكم بكفره“Kewajiban zakat adalah ajaran agama Allah yang diketahui secara jelas dan pasti. Karena itu, siapa yang mengingkari kewajiban ini, sesungguhnya ia telah mendustakan Allah dan mendustakan Rasulullah shallallahu alahi wasallam, sehingga ia dihukumi kufur.” Muhyiddin an-Nawawi, al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab, Mesir, al-Muniriyah, cetakankedua, 2003, jilid V, halaman 331Perlu diketahui bahwa sesungguhnya kewajiban zakat ditetapkan oleh beberapa ayat al-Qur’an, di antaranya adalah firman Allahخُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat tersebut engkau membersihkan dan mensucikan mereka” QS. At-Taubah 103Dan firman Allahوَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ “Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah bersama dengan orang-orang yang ruku’.” QS. Al-Baqarah 43Kemudian dari ayat-ayat ini terbentuklah ijma’ ulama’ terkait hukum wajib zakat. Ibrahim al-Bajuri, Hasyiyah al-Bajuri ala Syarh Ibnu Qasim al-Ubadi, Beirut, Dar al-Fikr, cetakan kedua, 2002, jilid II, halaman 270 - 271Baca Zakat Definisi, Sejarah, dan HikmahnyaMakna Perintah Zakat Bergandengan dengan Perintah Shalat dalam Al-Qur'anSelain itu, secara subtansial zakat termasuk kategori kewajiban yang mempunyai dua tinjauan murakkab, yaitu tinjauan ta’abbudi penghambaan diri kepada Allah dan tinjauan sosial. Tidak seperti pelemparan jumrah dalam ritual haji yang tinjauannya hanya ta’abbudi, tidak pula seperti melunasi hutang yang tinjauannya berkisar sisi sosial sosial zakat terlihat pada objek utamanya, yaitu pemenuhan kebutuhan hidup mustahiqqin para penerima zakat yang mayoritas masyarakat ekonomi kelas bawah, dan peningkatan taraf hidup mereka, supaya terentas dari kemiskinan, hidup layak, tak sekadar bergantung pada uluran tangan orang lain, dan berbalik menjadi penolong bagi orang lain yang masih berkubang di jurang tinjauan ta’abbudi yang tidak kalah penting dari tinjauan sosial terletak pada keharusan memenuhi berbagai cara pengalkulasian, pendistribusian, dan aturan-aturan lainnya yang harus dipatuhi oleh seorang muzakki orang yang membayar zakat, sehingga zakat yang ditunaikan menjadi sah secara syar’i. Dari tinjauan inilah ta’abbudi zakat menjadi salah satu rukun islam yang sejajar dengan shalat, puasa, dan menjadi hal yang maklum, bahwa aturan-aturan zakat bisa dikatakan tidaklah mudah. Sehingga sebelum membayar zakat, seseorang hendaknya berusaha memiliki pengetahuan yang cukup tentang zakat agar bisa melaksanakannya sesuai dengan prosedur syariat. Mulai dari klasifikasi aset wajib zakat dari aset lainnya, kalkulasi aset yang wajib dikeluarkan, hingga distribusi ke tangan mustahiqqin. Baca juga Bolehkah Memberi Zakat kepada Pemalas Shalat?Semua harus dilakukan secara cermat dan tepat. Menyepelekan dan mengentengkan hal ini sebenarnya tidak berdampak negatif dipandang dari sisitinjauan sosial zakat, selama zakat sampai kepada mereka yang berhak. Namun, mengingat zakat juga mempunyai sisi ta’abbudi, maka hal ini akan menjadi catatan besar yang menyebabkan zakat yang dikeluarkan tidak sah. Sebagaimana yang disampaikan oleh Abu Hamid al-Ghazali lihat Ihya’ Ulumiddin, Indonesia, Dar al-Kutub al-Arabiyah, cetakan kedua, 2005, jilid I, halaman 213.Wallahu a’lam.M. Sibromulisi
OLEH SN Zakat adalah ibadah yang memiliki dua dimensi, yaitu vertikal dan horizontal. Zakat merupakan ibadah sebagai bentuk ketaatan kepada Allah hablu minallah; vertikal dan sebagai kewajiban kepada sesama manusia hablu minannaas; horizontal. Zakat juga sering disebut sebagai ibadah kesungguhan dalam harta maaliyah ijtihadiyah. Tingkat pentingnya zakat terlihat dari banyaknya ayat yang menyandingkan perintah zakat dengan perintah shalat. Zakat merupakan salah satu ciri dari sistem ekonomi Islam, karena zakat merupakan salah satu implementasi asas keadilan dalam sistem ekonomi Islam. Bagaimanakah prinsip zakat? Prinsip keyakinan keagamaan, yaitu bahwa orang yang membayar zakat merupakan salah satu manifestasi dari keyakinan agamanya. Prinsip pemerataan dan keadilan; merupakan tujuan sosial zakat, yaitu membagi kekayaan yang diberikan Allah lebih merata dan adil kepada manusia. Prinsip produktivitas, yaitu menekankan bahwa zakat memang harus dibayar karena milik tertentu telah menghasilkan produk tertentu setelah lewat jangka waktu tertentu. Prinsip nalar, yaitu sangat rasional bahwa zakat harta yang menghasilkan itu harus dikeluarkan. Prinsip kebebasan, yaitu bahwa zakat hanya dibayar oleh orang yang bebas atau merdeka hurr. Prinsip etika dan kewajaran, yaitu zakat tidak dipungut secara semena-mena, tapi melalui aturan yang disyariatkan. Sedangkan tujuan zakat adalah untuk mencapai keadilan sosial ekonomi. Zakat merupakan transfer sederhana dari bagian dengan ukuran tertentu harta si kaya untuk dialokasikan kepada si miskin.
Khutbah I الحَمْدُ ِلِلهِ الَّذِيْ جَعَلَ الأَمْوَالَ عَوْنًا للمُؤْمِنَ عَلَى أُمْورِ دِيْنِهِ وَدُنْيَاهُ، سُبْحَانَهُ مَنْ إِلٰهٌ أَعْطَى الْكَثِيْرَ كَرَمًا مِنْهُ وَإِحْسَانًا، وفَرَضَ الزَّكَاةَ عَلَى عِبَادِهِ ابْتِلَاءً وامْتِحَانًا، وَلُطْفًا بِالمُؤمِنِيْن وامْتِنَانًا، أحْمَدُه سبحانه على نِعَمِهِ. اَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا حَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا، أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِىْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ Jamaah shalat Jum’at as’adakumullâh, Karunia Allah yang dilimpahkan kepada makhluk luar biasa besar. Meski sering tak disadari, anugerah itu meliputi segala aspek kehidupan, mulai dari yang fisik sampai nonfisik, mulai dari harta benda hingga kenikmatan yang tak kasat mata seperti kewarasan akal sehat, kesehatan, hingga iman seseorang. Tentang karunia berupa kekayaan, Allah melalui ajaran Islam mengajarkan manusia untuk tidak hanya menerima tapi juga memberi, tak hanya memperoleh tapi juga membagikannya. Di sinilah anjuran berzakat, berinfak, dan bersedekah menjadi relevan dalam agama. Karena begitu pentingnya zakat, Islam sampai menjadikannya sebagai salah satu pilar pokok dalam berislam. Setiap umat Islam yang mampu wajib mengeluarkan zakat sebagai bagian dari pelaksanaan rukun Islam yang ketiga. Artinya, dalam urutan rukun Islam, zakat menempati deret rukun setelah shalat, ibadah yang paling ditekankan dalam Islam karena menjadi cermin dari praktik paling konkret penghambaan kepada Tuhan. Al-Qur’an pun sering menggandengkan perintah zakat setelah perintah shalat. Sedikitnya ada 24 tempat ayat Al-Qur’an menyebut shalat dan zakat secara beriringan. Contohnya sebagai berikut وَأَقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ وَٱرْكَعُوا۟ مَعَ ٱلرَّٰكِعِينَ “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'.” QS. Al-Baqarah [2] 43 وَأَقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ ۚ وَمَا تُقَدِّمُوا۟ لِأَنفُسِكُم مِّنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِندَ ٱللَّهِ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ “Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.” QS. Al-Baqarah [2] 110 إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱلَّذِينَ يُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤْتُونَ ٱلزَّكَوٰةَ وَهُمْ رَٰكِعُونَ “Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk kepada Allah.” QS. Al-Ma'idah [5] 55 Hal ini menandakan bahwa shalat sebagai ibadah spesial seorang hamba dengan Allah tapi bisa terlepas dari keharusan untuk peduli pada kondisi masyarakat di sekitarnya. Dengan bahasa lain, umat Islam yang baik adalah mereka yang senantiasa memposisikan secara beriringan antara ibadah individual dan ibadah sosial. Sayangnya, rata-rata tingkat kesadaran untuk berzakat seringkali lebih rendah daripada kesadaran untuk menunaikan shalat. Barangkali karena ada anggapan “hasil kerja sendiri” dari harta kita yang membuat zakat terasa berat. Belum lagi ditambah keinginan untuk menumpuk kekayaan sebanyak-banyaknya. Tertanam sebuah pikiran bahwa jika harta semakin banyak, maka semakin mudah dan enaklah kita menjalani hidup ini. Pandangan inilah yang kerap melengahkan banyak orang bahwa sebenarnya di dalam kelebihan harta kita ada hak orang lain yang sedang membutuhkan. Jika demikian, orang-orang yang seharusnya berzakat namun tak menunaikan kewajibannya sama halnya memakan hak orang lain. Dalam konteks ini, lantas apa bedanya mereka dengan koruptor atau pencuri? Zakat secara bahasa bermakna suci. Harta yang dizakati sesungguhnya dalam rangka proses penyucian atau pembersihan. Tak mengeluarkan sebagian harta yang menjadi hak orang lain ibarat tak membuang kotoran dalam perut bagi orang yang sudah saatnya buang air besar. Sebagian kecil harta tersebut selayak kotoran yang bisa jadi menodai keberkahan seluruh harta benda, menjalarkan penyakit tamak, atau menimbulkan keresahan dirinya sendiri dan orang lain. Jamaah shalat Jum’at as’adakumullah, Zakat, juga infak, sedekah, dan sejenisnya merupakan ibadah yang utama dalam Islam, terlebih dilaksanakan pada bulan Ramadhan seperti sekarang ini. Di samping pahala yang berlipat, zakat menjadi sarana penguat usaha hamba mendekatkan diri taqarrub kepada Allah dan mempererat tali solidaritas terhadap sesama. Banyak orang yang menjadikan bulan ini sebagai bulan zakat dan sedekah, kendati pun tak semestinya zakat dan sedekah selalu dikaitkan dengan Ramadhan. Zakat adalah kewajiban yang bisa dilakukan pada bulan apa saja ketika harta sudah memenuhi nisab atau jumlah wajib zakat. Profesor KH Quraish Shihab berpendapat, ada fakta sangat menarik mempelajari ketelitian redaksi Al-Qur'an, menyangkut kewajiban berzakat. Kewajiban tersebut selalu digambarkan dengan kata atu – suatu kata yang dari akarnya dapat dibentuk berbagai ragam kata dan mengandung berbagai makna. Makna-maknanya antara lain istiqamah bersikap jujur dan konsekuen, cepat, pelaksanaan secara amat sempurna, memudahkan jalan, mengantar kepada, seorang agung lagi bijaksana, dan lain-lain. Jika makna-makna yang dikandung oleh kata tersebut dihayati, maka kita akan memperoleh gambaran yang sangat jelas dan indah tentang cara menunaikan kewajiban tersebut. Bahasa Al-Qur'an di atas, menurut beliau, menuntut agar Pertama, zakat dikeluarkan dengan sikap istiqamah sehingga tidak terjadi kecurangan - baik dalam perhitungan, pemilihan dan pembagiannya. Kedua, bergegas dan bercepat-cepat dalam pengeluarannya, dalam arti tidak menunda-nunda hingga waktunya berlalu. Ketiga, mempermudah jalan penerimaannya, bahkan kalau dapat mengantarkannya kepada yang berhak sehingga tidak terjadi semacam pameran kemiskinan dan tidak pula menghilangkan air muka. Keempat, mereka yang melakukan petunjuk-petunjuk ini adalah seorang yang agung lagi bijaksana. Kalau makna-makna di atas diperhatikan dan dihayati dalam melaksanakan kewajiban ini, maka dapat diyakini bahwa harta benda yang dikeluarkan benar-benar menjadi zakat dalam arti "menyucikan" dan "mengembangkan" jiwa dan harta benda pelaku kewajiban ini. Kesucian jiwa melahirkan ketenangan batin, bukan hanya bagi penerima zakat tetapi juga bagi pemberinya. Karena kedengkian dan iri hati dapat tumbuh pada saat seorang tak berpunya melihat seseorang yang berkecukupan namun enggan mengulurkan bantuan. Kedengkian ini melahirkan keresahan bagi kedua belah pihak. Pengembangan harta akibat zakat, bukan hanya ditinjau dari aspek spiritual keagamaan berdasarkan ayat Allah memusnahkan riba dan mengembangkan sedekah/zakat QS 2 276. Zakat juga harus ditinjau secara ekonomis-psikologis, yakni dengan adanya ketenangan batin dari pemberi zakat, ia akan dapat lebih mengkonsentrasikan usaha dan pemikirannya guna pengembangan hartanya. Di samping itu, pemberian zakat mendorong terciptanya daya beli baru dan, terutama, daya produksi dari para penerima tersebut. Khutbah II اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ Alif Budi Luhur
Perintah sholat dan zakat adalah perintah yang sering kali disebut dan berulang-ulang dibahas dalam Al-Qur’an. Secara umum, sholat adalah ibadah yang langsung hubungannya langsung antara hamba dengan Allah SWT. Ibadah ini disebut juga dengan Habluminaullah. Sedangkan zakat , adalah bentuk ibadah yang berupa pengamalan harta untuk diberikan kepada yang berhak sesuai 8 golongan penerima zakat. Ibadah ini disebut dengan Bastoni, Ketua Ramadhan 1443 H Dompet Dhuafa, dalam tulisannya menjelasakan, dalam Islam, memang Allah Subhanahu wa ta’ala selalu memerintahkan manusia untuk mengamalkan ibadah yang bukan saja berdampak kepada diri sendiri melainkan selalu ada dampak sosialnya. Ketaatan manusia kepada Allah Ta’ala tidak saja diukur dengan sholat dan doanya, tapi juga bagaimana akhlak dan amalannya dalam kehidupan bersosial. Terlebih, manusia diciptakan di muka bumi sebagai Khalifah fil Ard. Baca juga Zakat Profesi dalam Bingkai Sejarah Islam Allah subhanahu wa ta’ala sebagai Zat Yang Maha segala-galanya, tidak membutuhkan apapun dari yang kita lakukan. Manusia lah justru yang sangat membutuhkan aturan dan hukum-hukum dari Allah. Allah tidak pernah merugi sedikitpun andai kata manusia tidak mengerjakan segala perintah dan larangannya, tapi manusia rugi jika melalaikannya. Termasuk jika tidak mengerjakan shalat dan zakat. Beberapa Ayat Mengenai Shalat dan Zakat Ustadz Ali Bastoni menuturkan, di dalam Al-Qur’an, perintah sholat sering kali disandingkan dengan perintah zakat. Ada 30 kali penyebutan kata zakat di dalam Al-Quran dan 27 kalinya disandingkan dengan kata sholat. Banyaknya pengulangan ini menunjukkan bahwa shalat dan zakat memiliki kedudukan yang sangat penting dalam bangunan Islam. Untuk memperjelas tentang perintah zakat dan sholat yang ada di dalam Al-Qur’an, berikut adalah beberapa ayat-ayat mengenai hal tersebut. 1. QS. Al-Baqarah 42-43 “Dan janganlah kamu mencampuradukkan kebenaran dengan kebatilan dan janganlah kamu menyembunyikan kebenaran, sedangkan kamu mengetahuinya. Dan tegakkanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk”. Perintah sholat dan zakat ditunjukkan sebagai bentuk mansuia yang mengerti akan kebenaran dan kebatilan. Mereka yang memahami kebenaran Islam, tentu tidak akan menolak untuk mengerjakan sholat dan zakat. 2. QS. Al-Baqarah 110 “Dan tegakkanlah sholat dan tunaikanlah zakat. Dan segala kebaikan yang kamu kerjakan untuk dirimu, kamu akan mendapatkannya pahala di sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat terhadap apa yang kamu kerjakan”. Kebaikan dari sholat dan zakat adalah kebutuhan manusia bukan kebutuhan dari Allah SWT. Allah tidak akan rugi jika kita tidak mengerjakannya, justru manusia yang merugi saat meninggalkannya. Jadi, tidak ada alasan kita untuk meninggalkan perintah shalat dan zakat. Al-Bayyinah 5 “Padahal mereka hanya diperintah untuk menyembah Allah dengan ikhlas menjalankan ketaatan kepada-Nya dalam beragama, dan juga agar menegakkan shalat dan menunaikan zakat. Dan yang demikian itulah agama yang lurus benar”. Orang yang taat kepada Allah dan Rasulullah SAW, akan mengerjakan sholat dan zakat. Bukan memilih salah satu saja atau melakukan salah satu yang mereka sukai saja. Atau mungkin tidak mengerjakan keduanya. Orang beriman akan melaksanakan keduanya dengan sungguh-sungguh. 5. QS. Al-Mujadalah 13 “Apakah kamu takut akan menjadi miskin karena kamu memberikan sedekah sebelum melakukan pembicaraan dengan Rasul? Tetapi jika kamu tidak melakukannya dan Allah telah memberi ampunan kepadamu, maka tegakkanlah shalat, tunaikanlah zakat serta taatilah Allah dan Rasul-Nya. Dan Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan”. Keseluruhan ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa pentingnya kita untuk mendirikan sholat dan zakat, bukan hanya salah satunya saja. Ini juga mengingatkan kita pada sejarah, bahwa pada masa kekhalifahan sahabat ada orang-orang yang enggan membayar zakat setelah Rasulullah SAW meninggal.
perintah zakat sering disebut dengan perintah